Conheça também

0

HAKIKAT IMAN DALAM AL-QUR’AN dan AS-SUNNAH

Kamis, 29 Desember 2011.

Al-qur’an dan As-sunnah telah memaparkan berbagai hal tentang iman dan betapa banyak ayat quraniyah dan hadist nabawiyyah menyebutkan secara mutlak  istilah  iman kepada ucapan dan perbuatan iman yang mutlak, kepadanya semua perkara agama lahir dan batin, yang ushul maupun yang furu’. Termasuk pula akidah yang wajib diyakini termasuk pula amalan hati seperti cinta kepada Allah dan rasul-Nya.
Adapun perbedaan antara ucapan hati dan amalan hati ialah, bahwasanya ucapan atau perkataan hati adalah dalam bentuk keyakinan, dimana hati mengakui dan meyakini suatu perkara adapun amalan hati adalah gerak gerik hati yang dicintai oleh Allah dan rasul-Nya.Yang perlu dijadikan pedoman dalam hal ini adalah bahwasnaya mencintai kebaikan, keinginan kuat untuk berbuat baik kebencian terhadap perbuatan jelek dan tekad(azam)untuk meninggalkanya adalah amalan hati yang dari sinilah tumbuhnya amalan anggota badan.
Jadi, shalat, zakat, haji, dan puasa dan jihad adalah bagian dari iman. Birrul walidaini, menyambung silaturrahim, menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak makhluk-Nya yang beraneka ragam semuanya merupakan keimanan, begitu pula ucapan ucapan seperti, membaca Al-qur’an, dzikrullah, memuji Allah dan lain lain, semuanya termasuk keimanan. Oleh karena itu, ketika “iman” menjadi suatu istilah bagi semua perkara berlanjut pula bahwa ia bertambah dan berkurang sebagaimana secara tegas ditunjukkan oleh dalil-dalil dari Al-qur’an dan As-sunah dan dapat disaksikan pula dari keragaman tingkat kaum muslimin satu sama lain adalah akidah amalan hati maupun amalan anggota tubuh mereka.
 Ibnu Taymiyah mengatakan: merupakan prinsip pokok Ahlussunnah adalah bahwasanya Addin dan iman adalah ucapan dan perbuatan perkataan hati ,lisan amalan hati lisan dan anggota badan.dan bahwasannya iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Dengan bertambah serta berkurangnya iman itu, kaum mukminin terbagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1.      Golongan yang bersegera dalam kebaikan (sobiqun bilkhair) yaitu mereka yang menunaikan semua perkara yang wajib, sunnah dan meninggalkan perkara yang haram dan yang tidak disukai mereka inilah yang dinamakan dengan golongan yang didekatkan(Al-muqarrabin).
2.      Golongan pertengahan (Al-muqtashidun) yang hanya menunaikan perkara yang wajib dan meninggalkan hal hal yang diharamkan.
3.      Golongan yang menzalimi diri sendiri mereka ini melakukan sebagian perkara yang diharamkan dan kurang dalam menunaikan hal hal yang diwajibkan namun pokok keimanan masih ada pada diri mereka.
Orang orang yang beriman berbeda beda tingkatan ilmu mereka tentang iman dan rinciannya diantara mereka ada yang sanggup memahami rincian keyakinan dalam iman tersebut serta berbagai kebaikan lainnya,sehingga bertambahlah keimanan mereka dan sempurna pula keyakinannya diantara mereka pula ada pula yang mencapai tingkatan ini dan ada pula yang di bawahnya bahkan adapula keadaan dimana seseorang mempunyai keimanan yang mujmal namun tidak mencapai hal hal yang rinci sedikitpun, meskipun dia tetap dikatakan mukmin maka jelaslah perbedaan diantara semua tingkatan ini.
Di samping itu, perbedaan yang terjadi pada amalan hati dan amalan anggota badan pada setiap orang yang beriman juga  berbeda-beda demikian pula banyak sedikitnya ketaatan yang mereka lakukan semua itu oleh indera manusia. Hal ini yang menunjukan bertambah dan berkurangnya iman bahwasanya diantara orang-orang yang beriman ada yang ternoda imannya, oleh perbutan maksiat dan apabila ia terjerumus kepada kemaksiatan itu, dia segera bertobat dan kembali kepada Allah dan diantara mereka ada yang selalu bermaksiat, selain itu orang yang beriman ada yang telah merasakan betapa lezat dan manisnya iman didada mereka, dimana mereka merasakan lezatnya kekuatan kepada Allah dan hati mereka di penuhi oleh keimanan.
Allah berfirman:
“sesungguhnya orang orang beriman itu apabila diingatkan tentang allah, gemetar hati mereka, dan jika dibacakan kepada mereka ayat ayat allah semakin betambah iman mereka”.
Dan sabda nabi saw:
tidak akan berzina seseorang penzina sedang dia dalam keadaan mukmin (yang sempurna imannya) dan tidaklah mencuri seseorang pencuri sedang ia dalam keadaan mukmin(yang sempurna imannya) tidak pula ia akan minnum khamar sedang ia dalam keadaan mukmin dan tidak akan merampok orang yang mempunyai dan diperhatikan oleh manusia, sedang ia dalam keadaan mukmin.”(HR bukhari dan muslim dari abu hurairah)”.
Dari dalil diatas dapat pula dikatakan bahwa  yang mencegah masuknya seseorang ke dalam neraka adalah iman yang sempurna. Dan  yang mencegah seseorang untuk kekal abadi di neraka adalah iman yang tidak sempurna, dan banyak pula hadist shahih yang meyebutkan akan keluarnya seseorang dari neraka yang ada padan hatinya iman walau sebesar biji sawi.
Jadi, kataatan sebab masuknya seseorang kedalam surga dan mendapat pahala sedangkan kemaksiatan sebab masuknya sesorang ke neraka dan mendapatkan hukuman, akan tetapi ketika rahmat Allah mendahului murka-Nya karunia-Nya demikian berlimpah dan beraneka ragam serta merata dari berbagai sisi, keadaan minimal dari iman pada diri seseorang tetap mempuyai astar   (pengaruh)yang pasti dalam keadaan bagaimanapun. Sehingga apabaila pada diri sesorang terdapat iman sekecil atau seringan apapun maka tempat kembalinya adalah kekal di negeri yang penuh kenikmatan(surga).

Deixe seu Comentário:

Posting Komentar

 
KILE' BLOG © Copyright | Template By Mundo Blogger |
Subir