Conheça também

0

Jadika "MOTIVASI" Sebagai "SEMANGAT HIDUP MERAIH KESUKSESAN"

Minggu, 21 Agustus 2011.
PERJUANGAN
Setiap insan pasti pernah mengalami kegagalan dalam berbagai dimensie dan bidang. Gagal mencari istri, gagal mencari pekerjaan, gagal dalam perkawinan, gagal dalam sebuah usaha bisnis, begitu juga gagal dalam mencari pacar, dan masih banyak lagi kegagalan-kegagalan yang lain.
Dari kegagalan itu, banyak dari kita yang menyerah begitu saja, kita mudah putus asa, seakan-akan kegagalan adalah akhir dari semua usaha, kita mungkin tidak sadar bahwa sesungguhnya masih ada seribu (1000)  bahkan beribu-ribu jalan menuju keberhasilan dalam sekali menuai kegagalan.
Sebagai insan yang punya visi di bumie ini haruslah kita pinter-pinter mencari solusi dan sebab  akibat dari sebuah kekagagal, karna kehidupan didunia ini takkan pernah lepas dari yang namanya sebab-akibat, Begitu juga kegagalan. Saya perhatikan banyak dari temen-temenku sendiri yang mengeluh “kenapa belajar Bahasa Ingris itu sulitnya minta ampun apalagi yang namanya Bahasa Arab, waduh so’bun lilghayah (sulit sekali), padahal aku sudah bersungguh dan berusaha untuk mempelajarinya, tapi tetap saja susah”. Ini hanya contoh kecilnya saja. Bahkan, aku saja sering berfikir seperti itu dan mungkin semua orang pasti merasakan semua itu.
Mari kita kembali kepada sejarah, sejarah menyingkap bahwa orang-orang besar adalah orang-orang yang terus-terus mencoba dan mencoba serta melalui kegagalan demi kegagalan. Hanya yang membedakan antara orang yang sukses dengan yang tidak, orang pinter dengan yang bodoh atau orang besar dengan orang biasa adalah orang yang tidak mudah putus asa dan menganggap kegagalan sebagai sebuah hambatan, halangan dan rintanga.
Kegagalan tidak membuatnya berhenti mencoba dan mencoba, juga kegagalan tidak membuatnya putus asa, malah membuatnya termotivasi sehingga dia mencoba keras dan lebih tekun lagi. Kegagalan adalah pemicu motivasi dan bukan alasan untuk berhenti.
Mari kita simak kisah hidup mereka yang berhasil menjadi besar dari ratusan bahkan dari ribuan kegagalan yang menghambat mereka. Kolonel Salders sang pembuat KFC (Kentucky Fried Chicken). Setelah mengetuk ribuan lestoran untuk menawarkan bumbu racikannya sehingga dia sukses dengan KFC-nya, Thomas Elfa Edison sang penemu lampu dia melewati lebih dari 6000 (Enam Ribu) kegagalan sebelum akhirnya dia menciptakan penemuan yang pling berharga abad ini yaitu lampu pijar, juga Abraham Liccoln 15 kali gagal dalam kehidupan sehingga dia menduduki kursi kepresidenan, bahkan seorang dictator fenomenal seperti Hitler-pun harus merangkak ari perihnya dan pedihnya kehidupan kopral. Terlebih lagi Rasul kita kekasih kita Muhammad SAW, yang harus menjalani cobaan yang tak terhingga dari penentangnya untuk bisa menyebarkan rahmat bagi seluruh alam.
Jadi akankah kita masih akan tergantung dengan keadaan dan menyerah kalah bahkan berlekuk lutut pada kesulitan dan permasalahan???. Pahalal yang menentukan kesuksesan kita dan keberhasilan kita adalah usaha dan pengorbanan kita sendiri.

Yaaa…. Ashabie ta’allam jayyidan  liannahu laisa illa, illa limaslihatikum…!!!

 











Oleh: Albar/Alie akbar
Leia Mais...
0

BERKESINAMBUNGKAH KEBUDAYAAN ISLAM DENGAN KEBUDAYAAN INDONESIA

Islam Dan Kebudayaan DI Indonesia
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang kebudayaan islam di indonesia, alangkah baiknya kita mengetahui apa itu islam, apa yang di ajarkan dalam islam, apa itu budaya dan apa itu indonesia???Islam mengajarkan tauhid, suatu konsep sentral yang berisi ajaran bahwa tuhan adalah pusat dari segala sesuatu. Dengan demikian, konsep mengenai kehidupan dalam islam adalah konsep teosentris. Dan dokrin tauhid itu sendiri mempunyai arus balik kepada manusia. Yang mana banyak ayat-ayat al-qur’an yang akan kita temukan bahwa iman, yaitu keyakinan religius yang berakar pada pandangan teosentris, selalu dikaitkan dengan amal, yaitu perbuatan atau tindakan manusia. Dalam surat Al-‘Ashar [103] ayat 2-3 dikatakan bahwa manusia bener-bener dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan amal saleh. Oleh karna itu antara iman (yang teosentris) dan amal saleh (yang antroposentris) tidak dapat di pisahkan. Ini berarti bahwa iman (tauhid) harus di aktualisasikan menjadi aksi kemanusian. Artinya, islam mengajarkan bahwa manusia harus memusatkan diri kepada tuhan tetapi tujuannya untuk kepentingannya sendiri.Pengertian Budaya    Budaya memiliki beberapa pengertian dan memikili arti yang sangat luas, salah satu pengertin dari budaya adalah, suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomonikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Indonesia

    Indonesia merupakan negara luas yang memiliki tingkat keanekaragaman yang besar. Keanekaragaman itu menjadi amat menawan untuk dicermati.Warna-warni yang ada memperindah atmosfer berbangsa dalam jalinan kebersamaan.    Keanekaragaman ini bisa dilihat dari beragamnya etnis seperti melayu, tiong hoa, india dan arab.Kemudian dari beranekaragamnya  suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat, budaya dan bahasanya sendiri-sendiri seperti Jawa,Sunda,Batak,Madura dan Minangkabau.Sementara agama yang berkembang di Indonesia ada Kristen Protestan dan Katholik,Hindu,Budha,Kong Hucu dan yang merupakan agama mayoritas, Islam.    Dibalik keberagamannya, Indonesia  juga merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Dari sekitar 230 juta jiwa lebih penduduknya  85,2 % adalah Muslim.Dalam sejarahnya, proses islamisasi di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari peran besar Walisongo.Jika kita memperhatikan pola penetrasi budaya yang mereka lakukan ternyata para Walisongo ini sama sekali tidak menempuh jalur kekerasan sedikitpun.Namun mereka amat memahami pluralitas yang ada di Indonesia dan secara bijak larut kedalamnya dan turut berpartisipasi dalam menentukan alur sejarah bangsa. Mereka juga terlibat dalam peran-peran pembaharuan dan pencerdasan masyarakat.    Hal ini menjadi menarik untuk dicermati seiring saat ini isu pluralisme tengah menghangat. Seperti kata sebuah ungkapan “Seringkali bukan masalah benar dan salah yang menyebabkan kita berselisih, namun hanya karena kita berbeda seringkali kita berselisih”. Potensi keanekaragaman ini jangan sampai menjadi kontraproduktif bagi bangsa dan negara. Dengan memahami sejarah banyak pelajaran yang bisa kita ambil dalam konteks masa kini. Kiprah para Walisongo bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita mengenai sikap bijaksana dalam menyikapi perbedaan.    Dari penjelasan tentang islam, Indonesia dan budaya diatas, bisa kita simpulkan bahwa masuknya islam ke-indonesia ini tidak lepas dari banyaknya budaya-budaya yang ada di indonesia. Budaya indonesia sangatlah banyak bahkan tak terhitung, di setiap daerah sendiri tedapat beberapa budaya, sehingga agama yang masuk ke nusantara tidak terkecuali agama islam adalah salah satunya lewat budaya.

Masuknya Islam Ke-Indonesia Melalui Budaya    Budaya perdagangan, dengan masuknya pedagang-pedagan dari timur tengah ke nusantara, dakwah Islam di Nusantara mulai berkembang intensif. Berbeda dengan penyebaran di wilayah di masa keemasan yang kental dengan motivasi politis dan penguasaan wilayah, penyebaran Islam di Nusantara dimotori oleh para pedagang. Selama berniaga, para pedagang dari daratan Timur Tengah ini hidup membaur dengan penduduk setempat.

    Lewat pergaulan ini, musik ala padang pasir mulai dikenal di Indonesia. Rebana, menjadi alat musik paling dominan dalam memunculkan kesenian Islam Nusantara beraroma Arab seperti terbangan, gambus, kasidah, dan hadrah.

    Selain rebana, rebab juga ikut mewarnai kesenian Nusantara dengan ditambahkan sebagai pengiring gamelan yang mulai berkembang di Jawa sejak masuknya agama Hindu dan Budha. Malah, dalam gamelan Jawa, fungsi rebab tidak hanya sebagai pelengkap untuk mengiringi nyanyian sinden, melainkan menjadi pembuka dan menuntun arah lagu sinden.

    Menurut penyair dan pengamat seni Islam, Abdul Hadi WM, pemakaian rebab dalam gamelan Jawa menandai pengaruh musik sufi, yaitu instrumen nay, seruling vertikal dengan lubang tipan di ujungnya. Seruling ini bila ditiup mengeluarkan bunyi seperti ratapan pokok bambu di hutan yang tertiup angin.

    Ratapan itu berperan membuka selubung jiwa dari kepiluannya dan membawanya menuju keriangan spiritual. Ini, misalnya, dapat disaksikan dalam upacara sama` tarekat Maulawiyah, sering disebut dengan julukan The Whirling Dervish, yang didirikan Jalaluddin Rumi. Fungsinya sebagai pembuka inilah yang diperankan rebab dalam gamelan Jawa.Peran Wali Songo Dalam Penyebaran Islam Di-Indonesia    Penyebaran islam kenusantara tidak lepas dari jasa wali songo, yang dari keahliannya yang menguasai seni-seni yang ada di Indonesia. Adalah Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga yang menerapkan asas-asas estetika sufi ke dalam penggunaan instrumen gamelan. Sunan Bonang menjadikan gamelan sebagai sarana kontemplasi (tafakur) dan pembebasan jiwa (tajarrud) dari kungkungan dunia material. Pemakaian asas-asas inilah yang lantas membedakan gamelan Jawa dan Madura dengan gamelan Bali yang bertahan sebagai gamelan Hindu.

    Sembilan tokoh penyebar Islam di Jawa atau Wali Sanga memang dikenal dengan model dakwah yang memanfaatkan budaya lokal. Tak mengherankan bila para wali ini juga mempunyai kemampuan seni tinggi. Ensiklopedi Musik Indonesia menyebutkan Sunan Kalijaga sebagai seniman paripurna, karena selain mubalig ia juga ahli wayang, ahli karawitan, dan pencipta gending.

    Kiai bernama asli Raden Mas Said ini menciptakan empat tokoh punakawan Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong, yang berasal dari bahasa Arab yaitu Simar, Fatruk, Nalagarin, dan Bagha. Ia juga membuat perangkat gending, yaitu kenong, kimpul, kendang, dan genjur. Kemampuannya mencipta lagu untuk sarana dakwah Islam pun tak diragukan. Tembang Ilir-ilir dan Dandanggula adalah bukti kepiawaiannya merangkai syair tentang ajaran Islam di Jawa.

    Jejak pemakaian kesenian sebagai sarana penyebaran Islam juga terekam di tanah Sunda, yang memiliki musik tradisional angklung. Sekitar abad ke-16, warga Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut, Jawa Barat, memanfaatkan kesenian angklung gubrag badeng untuk menyebarkan Islam. Warga desa ini baru pulang dari belajar Islam dari Kerajaan Demak.

    Sebelumnya, kesenian dengan sembilan angklung sebagai alat musik utama, dimainkan sebagai pemujaan untuk Dewi Sri dalam ritual penanaman padi. Pengaruh Islam tampak dengan pemakaian dua terbang (rebana) dan penambahan bahasa Arab didalam syairnya. Isi syairnya juga memuat nilai-nilai Islami dan nasihat-nasihat baik. Lagu-lagu badeng yang terkenal, antara lain, Lailahaileloh, Ya`fti, Kasreng, Yautike, Lilimbungan, dan Solaloh.Cara Wali Songo Dalam Menyebarkan IslamYang menarik dari kiprah para Walisongo ini adalah aktivitas mereka menyebarkan agama di  bumi pertiwi tidaklah dengan armada militer dan pedang, tidak juga dengan menginjak-injak dan menindas keyakinan lama yang dianut oleh masyarakat Indonesia yang saat itu mulai memudar pengaruhnya, Hindu dan Budha. Namun mereka melakukan perubahan sosial secara halus dan bijaksana. Mereka tidak langsung menentang kebiasaan-kebiasaan lama masyarakat namun justru menjadikannya sebagai sarana dalam dakwah mereka.Salah satu sarana yang mereka gunakan sebagai media dakwah mereka adalah wayang.    Pementasan wayang konon katanya telah ada di bumi Nusantara semenjak 1500 tahun yang lalu. Masyarakat Indonesia dahulu memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Pada mulanya sebelum Walisongo menggunakan media wayang, bentuk wayang menyerupai relief atau arca yang ada di Candi Borobudur dan Prambanan. Pementasan wayang merupakan acara yang amat digemari masyarakat. Masyarakat menonton pementasan wayang berbondong-bondong setiap kali dipentaskan.    Sebelum Walisongo menggunakan wayang sebagai media mereka, sempat terjadi perdebatan diantara mereka mengenai adanya unsur-unsur yang bertentangan dengan aqidah, doktrin keesaan tuhan dalam Islam. Selanjutnya para Wali melakukan berbagai penyesuaian agar lebih sesuai dengan ajaran Islam. Bentuk wayangpun diubah yang awalnya berbentuk menyerupai manusia menjadi bentuk yang baru. Wajahnya miring, leher dibuat memanjang, lengan memanjang sampai kaki dan bahannya terbuat dari kulit kerbau.    Dalam hal esensi yang disampaikan dalam cerita-ceritanya tentunya disisipkan unsur-unsur moral ke-Islaman. Dalam lakon Bima Suci misalnya, Bima sebagai tokoh sentralnya diceritakan menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Esa itulah yang menciptakan dunia dan segala isinya. Tak berhenti di situ, dengan keyakinannya itu Bima mengajarkannya kepada saudaranya, Janaka. Lakon ini juga berisi ajaran-ajaran tentang menuntut ilmu, bersikap sabar, berlaku adil, dan bertatakrama dengan sesama manusia.    Dalam sejarahnya, para Wali berperan besar dalam pengembangan pewayangan di Indonesia. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Bahkan para wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain yaitu “Mana yang Isi (Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) dan mana yang harus dicari (Wayang Golek)”.    Disamping menggunakan wayang sebagai media dakwahnya, para wali juga melakukan dakwahnya melalui berbagai bentuk akulturasi budaya lainnya contohnya melalui penciptaan tembang-tembang keislaman berbahasa Jawa, gamelan, dan lakon islami. Setelah penduduk tertarik, mereka diajak membaca syahadat, diajari wudhu’, shalat, dan sebagainya. Sunan Kalijaga adalah salah satu Walisongo yang tekenal dengan minatnya dalam berdakwah melalui budaya dan kesenian lokal. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.

Masuknya Islam Melalui Budaya TariTari Saman aceh    Selain melalui seni musik dan seni suara, pengaruh Islam di Indonesia juga terlihat melalui seni tari. Salah satu wilayah yang paling banyak mempunyai ragam tarian bernapaskan Islam adalah Aceh. Tarian paling populer adalah saman, ciptaan Syekh Saman, seorang ulama penyebar Islam di Aceh abad ke-14 Masehi. Awalnya, tarian itu hanya berupa permainan rakyat yang disebut pok ane-ane. Melihat permainan yang amat populer di tengah masyarakat kala itu, Syekh Saman pun menyisipkan ajaran tauhid dan nilai-nilai Islam ke dalam syair-syairnya.

    Dahulu, tari saman biasa digelar di kolong-kolong meunasah alias surau yang berbentuk bangunan panggung. Para penarinya awalnya semua kaum lelaki. Tujuannya, agar mereka dapat salat tepat waktu. Belakangan, kaum perempuan juga menarikannya dengan mengambil tempat di atas meunasah atau di bagian khusus masjid tempat salat kaum Hawa.

    Pengamat sejarah Gayo, Wahab Daud, menyebutkan bahwa dalam perkembangannya, tari saman banyak mengalami perubahan. Sesuai dengan kondisi perang yang pernah melanda Aceh, syairnya pun dibumbui dengan kalimat yang memberi semangat jihad. Maka, pada masa penjajahan Belanda, tarian ini sempat dilarang pemerintah kolonial karena dinilai mengandung semangat perlawanan.

    Pengajar tari Aceh di Institut Kesenian Jakarta, Marzuki Hasan, menyebut tari saman Gayo sebagai satu dari sekian banyak jenis tarian duduk yang ada di Aceh. Polanya memang sama, para penari duduk berbanjar dalam posisi seperti tahiyat awal atau duduk antara dua sujud dalam salat. Gerakan intinya juga sama: gerakan tangan, gerakan badan, dan gelengan kepala seperti tengah berzikir.

    Marzuki menyebut juga beberapa tari duduk lainnya yang dikenal di Aceh, seperti saman lukob, ratoh duk, likok pulo, rabbani, rapai geleng, ratoh bantai, dan likei anggok. Sedangkan tari saman yang khusus dimainkan oleh kaum perempuan dikenal dengan tarian rateb meuseukat.

    Tari saman, yang sedang diusulkan untuk mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya nirbenda Nusantara, juga menjadi contoh kesenian Islam yang masih bertahan hingga kini. Seperti saman, kuntulan Osing Banyuwangi, rudat, marawis, zafin, dan rebana juga masih eksis. Namun beberapa seni Islam lain seperti kasidah, burdah, gambus, mawalan, dan sambra mulai tergerus zaman karena regenerasinya nyaris berhenti.

    Memang, mempertahankan seni budaya tradisional dan Islami bukan hal mudah di tengah serbuan budaya pop Barat yang cenderung mengabaikan dan merusak akhlak keislaman. Penampilan mengumbar syahwat, syair tak senonoh, hingga minuman keras menjadi hal biasa dalam pertunjukan musik di Indonesia. Karena itu, kehadiran beberapa aliran, grup musik, dan musisi Islam masa kini, seperti Debu, Opick, Snada, dan Haddad Alwi, layak mendapat apresiasi.

    Selain mereka, upaya beberapa pondok pesantren (ponpes) untuk ikut melestarikan kesenian tradisional setempat pun menarik diteladani. Ada Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hikmah, Sirampog, Brebes, Jawa Tengah yang rajin mementaskan Calung dengan kombinasi salawat dan puji-pujian. Model serupa dilakukan oleh Ponpes KH Masrur di Yogyakarta dengan kesenian Jathilan, Ponpes KH Hasnan di Banyuwangi dengan Gandrung, dan Gurutta Imran Muin Yusuf di Sulawesi Selatan dengan pembacaan lontar La Galigo. Ponpes-ponpes ini meniru langkah Wali Songo lima abad silam yang menyebarkan syiar Islam melalui kesenian lokal.
Leia Mais...
 
KILE' BLOG © Copyright | Template By Mundo Blogger |
Subir