Conheça também

0

BEPIKIR BERLANDASKAN IMAN

Rabu, 28 Desember 2011.

Selumnya apa itu berpikir? Orang yang berpikir berarti ia sudah memfungiskan akalnya. Sebab dalam wikipedia bahasa indonesia mendefinisikan akal yaitu untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis,  dan menilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Akal berasal dari bahasa arab ‘Aql yang secara bahasa berarti pengikatan dan pemahaman terhadap sesuatu. Pengertian lain dari akal adalah daya pikir (untuk memahami sesuatu), kemampuan melihat, cara memahami lingkungan, atau merupakan kata lain dari pikiran dan ingatan. Jadi pada eksistensi akal itu adalah untuk berpikir. Dalam berpikir membutuhkan akal yang sehat seperti manusia normal pada umumnya.
Apakah hati itu adalah jiwa dan jiwa adalah iman?.
Dalam buku Filsafat Cina yang ditulis oleh Fung Yu-Lan mencoba menggambarkan jiwa dan sifat, ia mengatakan bahwa apakah kemampuan mental manusia terletak pada jiwa atau sifat?, ia menjawab kemampuan mental ada pada jiwa bukan pada sifat. Dan apakah kemampuan mental pada jiwa ini merupakan kesadaran?, ia samasekali bukan. Dan berpikir memang penting untuk mengetahui segala sesuatu, Al-Ghazali mengatakan dalam kitabnya yang diberi judul Kimiyatussa’dah, siapa yang mengenal dirinya pasti mengenal tuhannya. Sesuatu yang dikenal pasti dari hasil analisis berpikir. Memang dalam berpikir mungkin beda-beda dari semaua mahluk Allah. Kadang kita berpikir positif, negatif dan ada juga model, libral, ateis, orientalis, misionaris dan teroris.
Muhammad Mustafa Al-Maragi mengatakan dalam kata pengantar pada salah satu buku Muhammad Husein Haikal mengatakan bahwa, Coba kita lihat misalnya ilmu-ilmu kalam (teologi spekulatif); mereka menentukan, bahwa kewajiban kita pertama ialah mengenal tuhan (ma’rifatullah). Yang lain berkata: tidak, yang pertama harus ditempuh ialah skeptis. Lalu tak ada jalan lain untuk mencapai ma’rifat (connaissance) itu kecuali dengan pembuktian. Dan kalaupun itu dapat digolongkan ke dalam pengertian silogisme, namus premis-premisnya sudah pasti dan dapat dirasakan, dan secara naluri akhirnya dapat pula dipahami bedasarkan pengalaman yang sempurna dan dapat dipasikan sungguh-sungguh, seperti sudah dikenal dalam ilmu logika. Setiap kesalahan yang dapat menyusup ke dalam premis-premis itu atau ke dalam bentuk penyusunannya dapat merusak pembuktian tersebut. Untuk mengetahui ini semua karena daya pikir yang sehat dan jiwa yang kuat. Adapun iman disini adalah untuk menentukan mana yang baik dalam pikiran itu dan diyakini oleh hati maka iman mengambil kesimpulan dengan landasan agama.
Maka tidak salah dalam hal ini, Yang menempuh jalan demikian adalah Al-Ghazali, dalam salah satu kitabnya ia mengatakan, bahwa terlebih dulu ia membebaskan diri dari segala macam konsep. Kemudian baru ia berpikir dan menimbang kembali, menyusun kembali lalu membuat beberapa perbandingan. Dikemukakannya beberapa argumen, diujinya dan dianalisis. Dari semua itu kemudian ia memperoleh petunjuk, bahwa islam dan tuntunan yang diberikan menurut konsep islam adalah benar. Imam Al-Ghazali melakukan ini guna menghindari hal-hal yang brsifat taklid. Ia ingin membina keimanannya itu atas dasar iman yang pasti, yang berlandaskan argumen dan pembuktian, yakni iman yang kebenarannya sudah menjadi pegangan kaum muslimin tanpa ada khilafah. 
Dalam relasi berpikir dengan iman, “sebelumnya Astagfurullah Haladzim “ ,aku tidak mau beriman apabila saya tidak berpikir, dan aku tidak beripikr apabila iman saya tidak ada. Apakah kata berpikir dan iman saling mengaitkan? Coba kita perhatikan anak kecil yang masih belum bisa berpikir, mungkinkah anak kecil itu berpikir atau bertanya separti kata-kata ini, apakah agamaku, siapa tuhanku. Jadi kita yang sudah cukup dewasa, apakah iman itu datang dari hati dan dilafalkan melalui lisan kemudian di terjamahkan melalui gerakan atau amal?.
Nah disini ada Sebuah syair yang mungkin bisa mengajak kita untuk berpikir dan beriman: jangan bergaul dengan Allah kecuali dengan perintah-perintahnya, jangan bergaul dengan mahluk kecuali dengan saling menyayangi sesama hamba Allah, jangan bergaul dengan nafsu kecuali dengan bagaimana membantah tuntutan hawa nafsu,  dan jangan bergaul dengan setan kecuali dengan memerangi setan.

Deixe seu Comentário:

Posting Komentar

 
KILE' BLOG © Copyright | Template By Mundo Blogger |
Subir